Jakarta kembali dikepung banjir di awal Juli 2025, menenggelamkan ratusan RT di berbagai wilayah dan memaksa ribuan warga mengungsi. Situasi ini menjadi perbincangan nasional dan menuntut penjelasan tegas dari Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung. Dalam konferensi pers di Balai Kota dan pemantauan langsung ke sejumlah titik banjir, Pramono mengungkap ada tiga faktor penyebab Jakarta banjir yang begitu meluas dan sulit dikendalikan. Berikut ulasan lengkap dan detail berdasarkan penjelasan resmi, hasil pemantauan lapangan, serta analisis pakar dan data terbaru.
Penyebab Jakarta Banjir: Faktor Pertama, Banjir Kiriman dari Hulu

Penyebab Jakarta banjir, Pramono menjelaskan, faktor utama datang dari kiriman air dari wilayah hulu, khususnya Bogor, Depok, dan kawasan sepanjang Sungai Ciliwung. Curah hujan ekstrem di Bogor dan Depok mencapai lebih dari 130 mm/hari, menyebabkan debit air Sungai Ciliwung dan Kali Pesanggrahan melonjak drastis. Titik-titik strategis seperti Katulampa sempat berstatus siaga 3, menandakan gelombang air dalam jumlah besar bergerak menuju Jakarta dalam waktu 6–8 jam. Kondisi ini selalu menjadi ancaman laten bagi wilayah hilir, apalagi jika disertai hujan lokal di Jakarta sendiri.
Sistem Sungai dan Saluran Tak Mampu Redam Debit Kiriman
Meskipun Jakarta sudah memiliki jaringan saluran dan polder, kapasitasnya masih kalah dibanding volume air kiriman besar dari hulu. Pramono menekankan pentingnya sinergi lintas wilayah antara DKI, Bogor, dan pemerintah pusat untuk antisipasi kiriman air secara real time, serta mempercepat pengerukan sungai agar sedimentasi tidak memperparah banjir.
Faktor Kedua: Hujan Ekstrem Lokal di Jakarta

Penyebab Jakarta banjir, faktor kedua adalah curah hujan sangat tinggi yang turun langsung di wilayah Jakarta pada malam kejadian. Data BMKG menyebutkan beberapa wilayah seperti Semanan, Cawang, Pasar Minggu, dan Mampang mengalami hujan di atas 120 mm/hari bahkan lebih dari 140 mm di titik tertentu. Angka ini sudah jauh melampaui kapasitas sistem drainase eksisting yang hanya dirancang untuk menampung 80–100 mm/hari. Dalam waktu singkat, air tidak bisa lagi ditampung dan langsung membanjiri jalan serta permukiman warga.
Sistem Drainase Belum Terintegrasi Total
Penyebab Jakarta banjir, Pramono mengakui masih banyak kawasan di Jakarta yang sistem drainasenya belum terintegrasi, tumpang tindih antara saluran lama, baru, dan saluran kecil di permukiman padat. Ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi Dinas SDA DKI Jakarta, yang harus mengejar target revitalisasi, normalisasi, dan sinkronisasi drainase agar bisa meredam banjir lokal di masa depan.
Faktor Ketiga: Rob dan Pasang Air Laut

Penyebab Jakarta banjir, faktor ketiga yang membedakan banjir kali ini adalah rob atau pasang air laut yang bertepatan dengan waktu puncak kiriman dan hujan lokal. Saat rob, permukaan laut naik sehingga air dari sungai dan saluran sulit dialirkan ke laut melalui pompa-pompa utama. Pramono menjelaskan, pompa baru bisa bekerja maksimal setelah permukaan laut turun yakni sekitar pukul 22.30 WIB. Kondisi inilah yang membuat air lebih lama tergenang dan sebagian pompa bahkan rusak karena kelebihan beban.
Upaya Pengerahan 600 Pompa dan Tantangan di Lapangan
Pemprov DKI Jakarta mengerahkan sekitar 600 pompa stasioner dan mobile di seluruh titik rawan. Namun sepuluh di antaranya rusak terbakar karena terpaksa bekerja di luar kapasitas, menyedot air dengan permukaan laut tinggi. Ini menunjukkan pentingnya pembaruan teknologi pompa dan manajemen rob yang lebih presisi ke depannya.
Koordinasi dan Solusi Jangka Panjang dari Pemprov DKI
Gubernur Pramono menegaskan dirinya turun langsung ke command center Pemprov DKI untuk memantau kondisi air sungai, tinggi muka air di pintu-pintu air, dan status pompa secara real time. Ia berkoordinasi langsung dengan Wali Kota dari semua wilayah administratif, mengerahkan tim evakuasi, dan mengoptimalkan seluruh sumber daya demi meminimalisir dampak banjir.
Pembaruan Infrastruktur dan Sistem Drainase
Dalam jangka menengah, Pemprov DKI akan mempercepat normalisasi sungai, pembangunan polder, embung, dan sistem drainase baru. Edukasi masyarakat tentang menjaga saluran air dari sampah juga menjadi prioritas, sebab penyumbatan oleh sampah rumah tangga menjadi salah satu penyebab Jakarta banjir. Baca juga tentang Jakarta Ingin Jadi Kota Global, Tapi Trotoar Masih Tak Ramah.
Tabel Ringkasan Tiga Faktor Penyebab Banjir Jakarta Versi Pramono Anung
Faktor Penyebab | Penjelasan Singkat |
---|---|
Kiriman dari Hulu | Curah hujan ekstrem di Bogor/Depok, debit sungai naik ke Jakarta |
Hujan Ekstrem Lokal | Intensitas hujan di Jakarta >120 mm/hari, melebihi kapasitas drainase |
Rob / Pasang Laut | Air laut naik, pompa air sulit berfungsi optimal, memperlama genangan |
Penyebab Jakarta banjir besar adalah bukti nyata bahwa solusi pengendalian banjir tak bisa dilakukan sepotong-sepotong. Perlu sinergi lintas wilayah, investasi besar pada infrastruktur pengendalian air, dan transformasi sistem drainase perkotaan secara menyeluruh. Pramono Anung menegaskan pentingnya modernisasi pompa, pengerukan sungai, edukasi masyarakat, dan manajemen risiko bencana yang berbasis data real-time. Ke depan, tantangan banjir di Jakarta hanya bisa diatasi jika semua pihak pemerintah pusat, daerah, dunia usaha, dan masyarakat bekerja bersama mewujudkan tata air ibu kota yang lebih tangguh dan adaptif.