Jakarta kembali diterpa banjir hebat di pertengahan Juli 2025. Hingga Senin pagi, 7 Juli 2025, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat setidaknya 109 rukun tetangga (RT) di empat wilayah administrasi masih terendam banjir. Bencana banjir di Jakarta ini dipicu hujan deras berkepanjangan sejak akhir pekan, yang menyebabkan air di sejumlah sungai utama meluap ke permukiman warga. Kali ini, genangan air bahkan mencapai ketinggian 210 cm di beberapa lokasi, membuat ratusan warga harus dievakuasi ke tempat aman. Peristiwa ini tidak hanya menyoroti kerentanan tata kota Jakarta, tetapi juga menggambarkan tantangan berat pengelolaan air, urbanisasi, dan mitigasi bencana yang masih menjadi pekerjaan rumah besar ibu kota.
Sebaran Wilayah Terdampak dan Skala Genangan

Banjir di Jakarta meluas di empat wilayah, yaitu Jakarta Pusat, Barat, Selatan, dan Timur. BPBD merinci Jakarta Timur menjadi daerah paling parah, dengan 47 RT terendam. Genangan tertinggi tercatat di Cipinang Melayu dan Bidara Cina, mencapai 210 cm. Di Jakarta Selatan, sebanyak 30 RT terdampak dengan genangan hingga 150 cm di daerah Tanjung Barat dan Rawajati. Jakarta Barat mencatat 15 RT, terutama di kawasan Kedaung Kali Angke dan Rawa Buaya, dengan air setinggi 70 cm. Sedangkan Jakarta Pusat memiliki 17 RT terdampak di Karet Tengsin, dengan rata-rata ketinggian air 30–40 cm. Selain permukiman, tiga ruas jalan protokol juga ikut terendam, menyebabkan kemacetan parah dan menghambat aktivitas harian warga.
Dampak pada Fasilitas Publik dan Transportasi
Banjir di Jakarta tidak hanya merendam rumah-rumah penduduk, tetapi juga sekolah, masjid, kantor kelurahan, dan sejumlah fasilitas umum lainnya. Jalur utama seperti Jalan Kedoya Selatan dan Rawa Buaya lumpuh sementara akibat tergenang air, memaksa warga memutar arah dan menambah beban lalu lintas. Kondisi ini membuktikan bahwa sistem drainase dan pengelolaan air Jakarta masih belum optimal, apalagi saat debit air sungai melonjak tajam dalam waktu singkat.
Dampak Sosial: Pengungsi dan Logistik Darura

Data BPBD DKI menyebutkan sekitar 996 jiwa mengungsi ke 17 titik evakuasi yang tersebar di empat wilayah terdampak. Pengungsian diatur di masjid, aula kelurahan, sekolah, hingga balai RW yang disulap menjadi posko darurat. Para pengungsi didominasi anak-anak, lansia, dan ibu hamil yang membutuhkan perhatian khusus. Tim gabungan BPBD, Basarnas, TNI/Polri, dan relawan siaga membantu proses evakuasi menggunakan perahu karet. Dinas Sosial dan Dinkes mendirikan dapur umum, menyediakan makanan siap saji, selimut, air bersih, serta layanan kesehatan di posko-posko pengungsian.
Kendala dan Ancaman Kesehatan
Banjir di Jakarta, selain keterbatasan logistik, tantangan lain adalah potensi penyebaran penyakit seperti diare, ISPA, dan penyakit kulit akibat lingkungan lembab dan air tercemar. Dinkes DKI mengimbau warga untuk menjaga kebersihan, menggunakan air bersih, serta menghindari genangan air yang rawan jadi sarang nyamuk dan sumber penyakit.
Penyebab dan Pemicu Banjir Jakarta

Hujan dengan intensitas tinggi selama dua hari terakhir menyebabkan beberapa pintu air, seperti Manggarai dan Katulampa, berstatus siaga tiga. Debit air meningkat drastis, memicu meluapnya Kali Ciliwung, Angke, Krukut, Pesanggrahan, dan Sunter ke kawasan padat penduduk. Permukaan tanah yang semakin banyak tertutup beton dan minim resapan memperparah run-off air hujan.
Urbanisasi dan Kerusakan Drainase
Banjir di Jakarta, cepatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan perumahan di kawasan hulu seperti Bogor dan Bekasi menyebabkan beban sungai di Jakarta makin berat. Ditambah, sedimentasi dan penyumbatan saluran air karena sampah membuat drainase mudah meluap. Kurangnya normalisasi sungai dan keterlambatan pengerukan sedimen juga mempercepat terjadinya banjir besar.
Respons Pemerintah dan Upaya Penanganan
BPBD DKI, Dinas Sumber Daya Air, dan Damkar bergerak cepat melakukan penyedotan air dengan pompa mobile di titik rawan genangan. Pintu air terus diawasi, sementara alat berat dikerahkan untuk mengangkat sampah dan membersihkan saluran yang tersumbat. Pemantauan 24 jam dilakukan agar bila debit air meningkat lagi, evakuasi bisa dilakukan dengan cepat dan aman.
Normalisasi Sungai dan Program Jangka Panjang
Pemprov DKI menegaskan akan mempercepat normalisasi sungai, pengerukan, serta penguatan tanggul di kawasan Ciliwung dan Krukut. Pemerintah juga sedang mengkaji modifikasi cuaca untuk mengurangi potensi hujan ekstrem beruntun di Jakarta. Program edukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah dan resapan air kembali digencarkan agar banjir tahunan bisa ditekan secara bertahap. Baca juga tentang Pejabat Dinkes Kembalikan Uang, Skandal Korupsi Alkes Terkuak!
Tabel Ringkasan Data Banjir Jakarta Juli 2025
Aspek | Data Terkini |
---|---|
RT Terdampak | 109 RT di 4 wilayah DKI |
Warga Mengungsi | 996 jiwa di 17 lokasi pengungsian |
Genangan Maksimum | 210 cm (Jakarta Timur) |
Sungai Pemicu | Ciliwung, Krukut, Angke, Pesanggrahan |
Respons Pemerintah | Evakuasi, penyedotan, normalisasi, edukasi |
Fasilitas Terdampak | Rumah, jalan utama, sekolah, fasilitas umum |
Kesiapsiagaan dan Harapan Perubahan
Banjir di Jakarta yang meluas hingga 109 RT menjadi peringatan keras akan perlunya transformasi tata kota dan pengelolaan air yang lebih baik. Penanganan darurat dan evakuasi berjalan baik, namun solusi jangka panjang butuh kolaborasi semua pihak pemerintah, warga, hingga dunia usaha. Pembenahan sistem drainase, normalisasi sungai, serta kesadaran kolektif dalam menjaga lingkungan menjadi kunci agar bencana serupa tidak terus berulang. Ikuti terus berita dan analisis terkini seputar banjir Jakarta hanya di portal berita kami rujukan utama Anda untuk info aktual dan solutif bagi masyarakat ibu kota.