Lahir di Medan pada 5 Juli 1991, Bobby Afif Nasution bukan hanya dikenal sebagai menantu Presiden Joko Widodo, tetapi juga sebagai sosok muda yang berani menapaki dunia politik dengan strategi dan visi tersendiri. Sebelum terjun ke politik, Bobby mengembangkan karier di bidang bisnis, khususnya properti. Lulusan S1 dan S2 Agribisnis dari IPB ini pernah menjabat sebagai Marketing Director di Takke Group dan turut mengelola klub sepak bola Medan Jaya. Pengalamannya di dunia usaha memberikan bekal kuat dalam memahami dinamika ekonomi dan pembangunan.
Memasuki Ranah Politik: Walikota Medan
Langkah besar Bobby dimulai saat ia maju dalam Pilkada Kota Medan 2020. Didukung oleh koalisi besar termasuk PDI-P, PAN, Golkar, dan partai lainnya, ia berhasil mengalahkan petahana Akhyar Nasution dengan perolehan suara mencapai 53,5%. Meskipun sempat menuai tudingan terkait dinasti politik, Bobby menunjukkan ketegasan dalam kebijakan awalnya, termasuk langkah berani menutup pusat perbelanjaan Centre Point karena tunggakan pajak yang fantastis. Gaya kepemimpinannya yang tegas, cepat merespons, dan mengedepankan pendekatan anak muda menambah citra positifnya di mata publik.
Transisi Partai dan Lompatan ke Sumut
Kontroversi kembali muncul saat Bobby Nasution menyatakan dukungannya terhadap Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024. Akibatnya, ia dipecat dari keanggotaan PDI-P. Namun langkah ini diikuti dengan manuver politik baru: bergabung dengan Partai Gerindra. Masuknya Bobby ke Gerindra dilihat sebagai langkah strategis untuk memperluas pengaruh politik di luar Medan, menuju level provinsi. Dengan dukungan Prabowo dan restu politik dari Jokowi, nama Bobby masuk dalam bursa kuat calon Gubernur Sumatera Utara 2024.
Gubernur Sumatera Utara: Awal Masa Jabatan
Pilgub Sumut 2024 menjadi tonggak sejarah lain. Bobby berhasil mengalahkan Edy Rahmayadi, meraih lebih dari 64% suara. Kampanye yang ia jalankan menekankan pada perubahan konkret, transparansi anggaran, dan pembangunan berkelanjutan. Debat publik memperlihatkan ketegasannya, terutama saat membahas pengelolaan anggaran provinsi dan prioritas layanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan. Setelah dilantik pada Februari 2025, Bobby langsung dihadapkan pada isu krusial, yakni sengketa pulau antara Sumut dan Aceh. Ia menunjukkan kepemimpinan proaktif dengan mendorong mediasi nasional dan pendekatan diplomatik.

š Konflik Viral: Sengketa Empat Pulau AcehāSumut
Sejak awal Juni 2025, isu sengketa administratif atas empat pulau kecilāMangkir Gadang, Mangkir Ketek, Lipan, dan Panjangāmencuat sebagai polemik luas. Meski tak berpenghuni, pulau-pulau ini strategis karena potensi perikanan serta cadangan minyak dan gas di wilayah sekitarnya. Sengketa mendapat momentum setelah Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) melalui Keputusan 25 April 2025 menyatakan pulau-pulau tersebut masuk wilayah Sumatera Utaraāmenuai kritik dari Aceh yang sejak 1956 mengklaimnya.
Pada 4 Juni, Gubernur Aceh Muzakir āMualemā Manaf dan Gubernur Sumut Bobby Nasution menggelar dialog mediasi; namun Mualem meninggalkan diskusi sebelum selesai, menimbulkan persepsi bahwa Sumut mencoba āmencaplokā wilayah Aceh. Netizen Aceh menyebarkan tudingan bahwa Bobby āmencuriā pulau Aceh melalui media sosial .
Media sosial dihebohkan komentar netizen Aceh, menuduh Bobby ācaplok wilayah kamiā, dan memicu protesāseperti demonstrasi nelayan Aceh Singkil dan pengawalan oleh mahasiswa Aceh di kantor Kemendagri.
š Intervensi Pusat dan Resolusi
Masalah ini diambil alih Presiden Prabowo Subianto pada rapat terbatas 17 Juni 2025. Dalam konferensi pers di Istana, Presiden menetapkan bahwa keempat pulau secara administratif sah milik Aceh, berlandaskan dokumen Kemendagri, Kementerian Sekretaris Negara (Setneg), dan arsip ā92 .
Dokumen utamaāKepmendagri No.āÆ111 Tahun 1992āmenjadi bukti kuat yang diserahkan Mendagri Tito Karnavian. Lampirannya menunjukkan ada kesepakatan antar-gubernur Aceh-Sumut setahun sebelumnya.
š¤ Respons dan Pesan Bobby Nasution
Dalam konferensi pers, Bobby menyampaikan:
- Ungkapan terima kasih atas penyelesaian cepat oleh pemerintah pusat
- Pengakuan bahwa āsejarah, catatan, dan dokumenā menunjukkan pulau-pulau tersebut hingga 1978 masuk Aceh
- Imbauan kepada masyarakat Sumut agar tidak terprovokasi gorengan isu, karena Aceh adalah ātetangga bagian dari NKRIā.
Dengan nada legawa, ia menandatangani berita acara bersama Gubernur Aceh Muzakir, menegaskan bahwa āumpama saya baru usia 1 tahun di 1992, baru sekarang di 2025 saya tandatangan sebagai gubernurā menegaskan legitimasi keputusan.
Setelah penandatanganan simbolik jabat tangan di Istana, ia optimis polemik ini bisa berakhir dan menguatkan persatuan antarprovinsi.

āļø Ringkasan Narasi Konflik dalam Kanvas
- Dampak: Penegasan peran negara, potensi sumber daya, dan stabilitas hubungan antarprovinsi
- Konflik: Sengketa wilayah empat pulau, potensi sumber daya, klaim historis Aceh (1956) vs keputusan resmi terbaru Sumut (AprilāÆ2025)
- Mediasi awal: Dialog gagal bulan Juni, Mualem meninggalkan dialog
- Escalation: Viral di media sosial; netizen Aceh demonstrasi
- Keputusan Presiden: 17 Juni, pulau dikembalikan ke Aceh berdasarkan dokumen 1992
- Sikap Bobby: Legawa, apresiasi penyelesaian cepat, ajakan warga jangan terhasut, jabat tangan simbolik
Simbol Kepemimpinan Milenial di Era Baru
Bobby Nasution adalah cerminan dari generasi baru pemimpin politik Indonesia: cerdas, adaptif, dan menguasai panggung media. Dengan jejak dari bisnis ke birokrasi, dari Medan ke Sumatera Utara, ia tengah menapaki jalur politik yang menantang tapi penuh potensi. Dinasti mungkin menjadi awal namanya dikenal, tapi konsistensi kinerja akan menjadi faktor penentu apakah ia bisa menciptakan legasi sendiri, atau hanya menjadi catatan kaki dalam sejarah politik Indonesia.