Partai Golkar adalah salah satu partai politik paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia. Berperan besar pada masa Orde Baru dan masih menjadi kekuatan utama dalam perpolitikan nasional hingga kini, perjalanan Golkar sarat dengan dinamika, kontroversi, dan transformasi. Untuk memahami kiprah Golkar, kita harus menelusuri jejak sejarahnya sejak awal pembentukan hingga menjadi partai politik raksasa di Tanah Air.
Latar Belakang Sejarah: Indonesia Pasca 1965 dan Gejolak Politik Nasional
Setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI), Indonesia memasuki masa transisi politik besar-besaran. Situasi saat itu penuh ketidakpastian. Soekarno perlahan kehilangan pengaruh, sedangkan TNI Angkatan Darat di bawah Jenderal Soeharto mulai mengambil peran kunci dalam penyelamatan negara dari ancaman komunisme. Ketegangan politik yang melibatkan pertarungan antara kelompok nasionalis, komunis, dan militer menciptakan kebutuhan akan stabilitas nasional.
Awal Pembentukan Golkar: Bukan Partai Politik, Melainkan Golongan Karya
Konsep “Golongan Karya” sebenarnya sudah muncul sejak akhir 1950-an. Pada masa itu, Presiden Soekarno mempromosikan sistem Demokrasi Terpimpin dan menekankan pentingnya peran fungsional dalam pemerintahan, bukan hanya partai politik. Istilah “Golkar” sendiri berasal dari singkatan “Golongan Karya”, yaitu kelompok-kelompok fungsional masyarakat di luar partai-partai politik, seperti pegawai negeri, petani, buruh, pemuda, wanita, hingga pengusaha.
Deklarasi Secara Resmi
Partai Golkar, pada 20 Oktober 1964, pemerintah membentuk Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar) sebagai wadah koordinasi antar organisasi fungsional yang dianggap dapat mengimbangi kekuatan partai politik besar. Inisiator utamanya adalah Brigjen Soeharto, Suhardiman, dan Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo. Sekber Golkar menghimpun lebih dari 200 organisasi fungsional di berbagai bidang.
Golkar Menjadi Kendaraan Politik Orde Baru
Golkar dan Konsolidasi Pasca G30S
Setelah G30S/PKI, Soeharto yang didukung TNI AD melihat Golkar sebagai alat politik yang efektif untuk menyingkirkan pengaruh PKI dan membangun stabilitas. Golkar mendapat dukungan penuh militer dan birokrasi, dan secara bertahap dijadikan kendaraan utama dalam Pemilu 1971, pemilu pertama setelah Orde Lama.
Transformasi Menjadi “Partai” De Facto
Meskipun awalnya menolak disebut sebagai partai politik, pada praktiknya partai Golkar menjalankan semua fungsi partai. Melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan Karya, status Golkar disetarakan dengan partai politik peserta pemilu. Dalam pemilu-pemilu Orde Baru (1971-1997), Golkar selalu keluar sebagai pemenang dengan dukungan kuat dari aparatur negara dan militer.
Struktur Awal dan Kelompok Pendukung Partai Golkar
Struktur partai Golkar terdiri dari beberapa “Kelompok Induk Organisasi” (KINO), antara lain:
- KINO Birokrasi (Pegawai Negeri Sipil/ASN)
- KINO TNI/Polri
- KINO Pengusaha
- KINO Pemuda dan Wanita
- KINO Petani dan Nelayan
Organisasi-organisasi seperti KORPRI (korps pegawai negeri), MKGR, SOKSI, Kosgoro, AMPI, dan HWK menjadi kekuatan inti dalam tubuh Golkar.
Partai Golkar di Masa Orde Baru: Dominasi Politik dan Kritik
Pada masa pemerintahan Soeharto, Golkar menjadi instrumen utama untuk konsolidasi kekuasaan. Dengan jaringan birokrasi yang rapi hingga pelosok desa, sistem “asas tunggal Pancasila”, dan didukung anggaran negara, Golkar mendominasi DPR dan lembaga politik nasional. Kritik terhadap Golkar adalah praktik politik yang otoriter, KKN (korupsi, kolusi, nepotisme), serta penyingkiran lawan politik dengan cara-cara represif.
Reformasi 1998 dan Transformasi Golkar Menjadi Partai Modern
Setelah jatuhnya Soeharto tahun 1998, Golkar sempat mengalami krisis kepercayaan dan ancaman pembubaran. Namun, partai ini mampu bertahan dengan melakukan reformasi internal, demokratisasi organisasi, dan membuka diri terhadap dinamika politik baru. Golkar tetap konsisten sebagai salah satu kekuatan utama di era Reformasi.
Kepemimpinan Baru dan Kiprah Kontemporer
Golkar dipimpin sejumlah tokoh nasional sejak era reformasi, seperti Akbar Tandjung, Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie, Setya Novanto, Airlangga Hartarto, hingga kini. Golkar juga aktif berkoalisi dalam pemerintahan dan menjadi pengusung utama berbagai kebijakan nasional. Baca juga tentang Sejarah untuk Mencerdaskan Bangsa: Pilar Identitas.
Tabel Kronologi Awal Berdirinya Golkar dan Transformasinya
Tahun | Peristiwa/Poin Penting | Tokoh Kunci |
---|---|---|
1959 | Konsep Golongan Karya diperkenalkan | Presiden Soekarno |
1964 | Sekber Golkar didirikan | Brigjen Soeharto, Suhardiman |
1966 | Golkar didukung penuh militer | TNI Angkatan Darat |
1971 | Golkar jadi peserta Pemilu pertama | Soeharto |
1975 | Golkar disetarakan dengan partai | Pemerintah Orde Baru |
1998 | Reformasi, Soeharto lengser | BJ Habibie, Akbar Tandjung |
1999+ | Transformasi menjadi partai modern | Jusuf Kalla, Airlangga, dkk |
Dari Golongan Karya ke Partai Politik Raksasa Indonesia
Awal mula partai Golkar adalah respons terhadap kebutuhan stabilitas dan pembangunan nasional di tengah gejolak politik. Dari organisasi fungsional, Golkar berkembang jadi mesin politik utama Orde Baru, lalu bertransformasi menjadi partai politik modern yang tetap berpengaruh hingga sekarang. Warisan, dinamika, dan kiprah Golkar menjadi bagian penting dari mozaik sejarah politik Indonesia.